Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai hal-hal penting dalam radiologi yang sering kurang diketahui oleh orang awam:
1. Radiasi Tidak Selalu Berbahaya
Banyak orang menganggap radiasi dari prosedur pencitraan medis selalu berbahaya. Padahal, dosis yang digunakan dalam rontgen atau CT scan sudah diatur sesuai standar keamanan.
Dosis radiasi dalam radiologi diagnostik relatif rendah
- Rontgen dada: sekitar 0,1 mSv (setara dengan 10 hari paparan radiasi alami dari lingkungan).
- CT scan kepala: sekitar 2 mSv (setara dengan 8 bulan paparan radiasi alami).
- CT scan perut: sekitar 10 mSv (setara dengan 3 tahun paparan radiasi alami).
Radiasi hanya berisiko jika terjadi paparan tinggi dalam jangka panjang
- Petugas radiologi menggunakan perlindungan seperti pelindung timbal (lead apron), sarung tangan timbal, dan kaca pelindung untuk mengurangi risiko paparan.
- Protokol keamanan diterapkan, termasuk prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) untuk meminimalkan dosis radiasi.
2. Teknisi Radiologi Berperan Besar dalam Hasil Gambar
Meskipun dokter radiologi yang menganalisis gambar, teknisi radiologi (radiographer) adalah orang yang mengambil gambar dengan teknik yang benar.
Kesalahan teknisi dapat mengurangi kualitas gambar
- Posisi pasien yang salah bisa menyebabkan gambar buram atau tidak informatif.
- Pengaturan parameter yang tidak tepat bisa membuat kontras gambar terlalu rendah atau tinggi.
Kualitas gambar yang baik memengaruhi akurasi diagnosis
- Misalnya, dalam pemeriksaan rontgen dada untuk mendeteksi pneumonia, posisi yang salah bisa menyebabkan bayangan yang menyerupai penyakit.
- Pada MRI atau CT scan, pergerakan pasien bisa menyebabkan artefak, sehingga pasien sering diminta menahan napas atau tetap diam.
3. Radiologi Tidak Hanya Tentang Rontgen
Banyak yang mengira radiologi hanya mencakup rontgen, tetapi sebenarnya ada berbagai teknik pencitraan lain:
| Modalitas | Metode | Penggunaan |
|---|---|---|
| Rontgen (X-ray) | Radiasi pengion | Cedera tulang, infeksi paru, penyakit jantung |
| CT Scan | Rontgen dengan pemrosesan komputer | Tumor, cedera otak, pendarahan internal |
| MRI | Medan magnet & gelombang radio | Cedera otak, tulang belakang, organ lunak |
| USG (Ultrasonografi) | Gelombang suara frekuensi tinggi | Kehamilan, organ dalam, jantung |
| Mamografi | Rontgen khusus untuk payudara | Deteksi dini kanker payudara |
| Fluoroskopi | Rontgen real-time | Pemeriksaan saluran cerna, kateterisasi jantung |
| Radiologi Intervensional | Pencitraan untuk tindakan medis | Embolisasi tumor, pemasangan stent, biopsi |
4. MRI Tidak Menggunakan Radiasi
MRI (Magnetic Resonance Imaging) tidak menggunakan radiasi pengion seperti rontgen atau CT scan.
- MRI bekerja dengan medan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar tubuh.
- Tidak ada risiko radiasi, sehingga lebih aman untuk anak-anak dan ibu hamil.
- Kontraindikasi MRI:
- Pasien dengan logam dalam tubuh (misalnya implan logam, pacemaker jantung) tidak boleh menjalani MRI karena dapat tertarik oleh medan magnet kuat.
5. Kontras dalam Pemeriksaan Pencitraan Bisa Menyebabkan Reaksi Alergi
Beberapa pemeriksaan menggunakan zat kontras untuk meningkatkan detail gambar, seperti:
- Kontras berbasis iodin β digunakan dalam CT scan.
- Gadolinium β digunakan dalam MRI.
- Barium sulfate β digunakan dalam pemeriksaan saluran pencernaan.
π Risiko reaksi alergi:
- Bisa ringan (gatal, kemerahan) atau berat (anafilaksis).
- Pasien dengan riwayat alergi harus memberi tahu dokter sebelum pemeriksaan.
6. Dokter Radiologi Tidak Hanya Membaca Gambar, Tetapi Juga Berperan dalam Pengobatan
Radiologi bukan hanya untuk diagnosis, tetapi juga untuk terapi.
Radiologi Intervensional memungkinkan dokter melakukan tindakan medis dengan panduan pencitraan, seperti:
- Embolisasi tumor β menghentikan suplai darah ke tumor.
- Pemasangan stent β membuka pembuluh darah yang tersumbat.
- Biopsi terpandu β mengambil sampel jaringan tanpa operasi besar.
Keunggulan: minim invasif, lebih cepat pulih dibanding operasi konvensional.
7. Radiasi Harus Dikendalikan dengan Prinsip ALARA
Prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) memastikan paparan radiasi seminimal mungkin.
- Strategi pengurangan radiasi:
- Shielding β penggunaan apron timbal dan pelindung gonad.
- Collimation β membatasi area tubuh yang terkena radiasi.
- Teknik optimalisasi dosis β pemilihan parameter terbaik untuk menghasilkan gambar berkualitas tanpa kelebihan radiasi.
8. CT Scan Bisa Menunjukkan Detail Lebih Jelas Dibanding Rontgen
CT scan menggunakan sinar-X dalam bentuk irisan untuk mendapatkan gambar 3D yang lebih detail dibanding rontgen biasa.
- Contoh perbedaan hasil:
- Rontgen dada bisa mendeteksi pneumonia, tapi CT scan bisa menunjukkan tingkat keparahan dan penyebaran infeksi lebih akurat.
- Rontgen bisa melewatkan pendarahan otak kecil, tetapi CT scan bisa melihatnya dengan jelas.
9. Pakaian dan Aksesori Bisa Mempengaruhi Kualitas Gambar
Sebelum pemeriksaan, pasien biasanya diminta untuk melepas perhiasan dan pakaian dengan bahan logam karena bisa menyebabkan artefak (gangguan gambar).
- Artefak akibat logam:
- Bisa menyulitkan interpretasi gambar.
- Pada MRI, logam bisa menyebabkan pemanasan dan bahaya bagi pasien.
10. Radiasi dari Penerbangan Bisa Lebih Tinggi dari Rontgen Dada
Beberapa orang khawatir tentang radiasi dari rontgen, tetapi tidak sadar bahwa penerbangan jarak jauh juga bisa memberikan paparan radiasi.
- Contoh perbandingan:
- Rontgen dada: 0,1 mSv.
- Penerbangan New York – Tokyo: sekitar 0,08 mSv.
- Astronot di luar angkasa: hingga 1.000 mSv per tahun!
π Kesimpulan:
- Radiasi dari rontgen medis dikontrol dengan ketat dan tidak lebih berbahaya dibanding aktivitas sehari-hari.
- Penerbangan jarak jauh bisa memberi dosis radiasi yang hampir sama dengan rontgen dada.
Itulah beberapa fakta penting dalam dunia radiologi yang jarang diketahui, tetapi sangat krusial! ππ

