Perang dagang dan kenaikan tarif pajak impor oleh Amerika Serikat terhadap berbagai negara—termasuk Indonesia secara tidak langsung—dapat memberi dampak signifikan dalam sektor kesehatan, terutama dalam aspek alat kesehatan, obat-obatan, hingga investasi industri farmasi dan medis. Berikut penjelasan detail dampaknya:
🔺 1. Kenaikan Harga Alat Kesehatan Impor
Indonesia masih sangat bergantung pada impor alat kesehatan seperti MRI, CT-Scan, ventilator, hingga alat bedah canggih dari negara-negara seperti AS, Jerman, Jepang, dan Tiongkok. Jika AS menaikkan tarif pajak ekspornya:
- Harga alat menjadi lebih mahal.
- Rumah sakit dan klinik membayar lebih mahal untuk pengadaan.
- Biaya layanan kesehatan bisa meningkat, berdampak ke pasien.
🔺 2. Tekanan pada Industri Farmasi
Banyak bahan baku obat (Active Pharmaceutical Ingredient/API) dan teknologi pengolahan farmasi masih bergantung dari luar negeri. Jika terjadi:
- Gangguan distribusi atau kenaikan tarif ekspor dari AS/negara mitranya,
- Maka produksi obat dalam negeri bisa terhambat,
- Termasuk obat penyakit kronis atau kritis (cancer, jantung, dll) yang berbasis teknologi tinggi.
🔺 3. Investasi Asing Bisa Melambat
Jika tensi perang dagang meningkat, investor dari negara-negara maju akan lebih berhati-hati menanamkan modal, termasuk di sektor kesehatan Indonesia. Dampaknya:
- Rencana pembangunan rumah sakit internasional, pabrik alat kesehatan, atau kolaborasi R&D bisa tertunda.
- Transfer teknologi dan pelatihan SDM medis dari luar negeri bisa berkurang.
🔺 4. Gangguan Pasokan Teknologi Medis
Banyak sistem software kesehatan—seperti PACS, RIS, AI medis—bergantung pada vendor luar negeri. Jika terkena larangan ekspor teknologi atau tarif tinggi:
- Update software tertunda,
- Layanan berbasis digital rumah sakit bisa menurun efisiensinya,
- Ketergantungan pada pihak luar semakin terasa.
🔺 5. Efek Domino pada BPJS
Jika biaya alat dan obat naik, sedangkan tarif reimburse BPJS tetap:
- Rumah sakit akan menanggung beban biaya lebih besar,
- Bisa memicu pengurangan layanan atau kualitas pada pasien BPJS,
- Menimbulkan tekanan terhadap anggaran kesehatan nasional.
✅ Peluang Positif: Dorongan Kemandirian
Meski banyak sisi negatif, perang dagang bisa mendorong Indonesia memperkuat industri kesehatan dalam negeri, seperti:
- Produksi alat kesehatan dalam negeri (inovasi lokal),
- Penguatan BUMN farmasi dan riset bahan baku obat,
- Kolaborasi dengan negara alternatif non-AS seperti Korea, India, Tiongkok, dan Eropa Timur.

