Ahli hepatologi, yang lebih dikenal dengan nama media sosialnya The Live Doc, baru-baru ini menggunakan media sosial X (sebelumnya Twitter) untuk membagikan kisah salah satu pasiennya. Pria berusia 40 tahun itu konon menghadiri sebuah pesta pada akhir pekan dan mengalami pendarahan di otaknya, yang membuatnya harus dirawat di ICU dengan bantuan alat bantu. Sementara nyawanya tergantung pada keseimbangan, dokter menggunakan kasus ini sebagai contoh untuk menunjukkan apa yang dapat dilakukan alkohol terhadap seseorang.
The Liver Doc membagikan dua pasien: satu pasien berusia 68 tahun yang tidak mengonsumsi alkohol dan satu pasien berusia 40 tahun yang mengonsumsi alkohol. Dan perbedaannya sangat mencolok. Sementara pemindaian otak orang pertama tampak sehat, otak pasien yang satunya memiliki bercak-bercak putih yang besar. Dokter menjelaskan bahwa bercak-bercak tersebut sebenarnya adalah darah dan pendarahan di dalam otak telah meningkatkan tekanan di dalam tengkoraknya, sehingga menghancurkan jaringan otaknya.
Dr Philips lebih lanjut mengatakan bahwa pasien tersebut tidak akan berhasil.
Ini bukan pertama kalinya The Liver Doc berbicara tentang risiko konsumsi alkohol dan menganjurkan orang-orang untuk berpesta tanpa minuman tersebut, tetapi postingan ini telah menarik perhatian yang signifikan dari sesama pengguna X.
Seorang profesional medis menyoroti bahwa stroke setelah konsumsi alkohol terus meningkat, terutama pada orang muda. MD di bidang Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi mengatakan bahwa dia memiliki pengalaman langsung dengan pasien yang datang untuk Rehabilitasi Saraf setelah terbangun karena stroke setelah berpesta dan minum-minum.
Dia juga menyarankan bahwa, bertentangan dengan kepercayaan populer bahwa hanya pesta minuman keras yang berbahaya, “bahkan segelas bir pun dapat memicu stroke”.
Pengguna lain menceritakan bahwa seorang kenalannya banyak minum dan meninggal dunia karena pendarahan otak pada malam yang sama. Liver Doc berkomentar mengenai hal ini, mengatakan bahwa stroke dapat terjadi bahkan tanpa pesta minuman keras dan tidak adanya penyakit hati yang mendasarinya.
Studi Pendukung
Ada juga banyak bukti ilmiah yang mendukung bahwa semakin banyak orang yang lebih muda yang menjadi mangsa bangau. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Neurology mengatakan bahwa orang berusia 20-an dan 30-an yang minum alkohol dalam jumlah sedang hingga berat menghadapi risiko stroke yang lebih tinggi saat dewasa muda.
Penelitian yang dipimpin oleh Eue-Keun Choi dari Seoul National University ini meneliti lebih dari 1,5 juta partisipan, dengan 3.153 orang mengalami stroke selama periode penelitian. Mereka yang minum 105 gram atau lebih alkohol per minggu (sekitar satu gelas per hari) diklasifikasikan sebagai peminum moderat hingga berat.
Temuan menunjukkan bahwa individu dengan dua tahun atau lebih minum alkohol dalam jumlah sedang hingga berat memiliki kemungkinan 20% lebih besar untuk mengalami stroke dibandingkan mereka yang minum sedikit atau tidak sama sekali. Risiko meningkat seiring dengan bertambahnya durasi minum: dua tahun meningkat sebesar 19%, tiga tahun sebesar 22%, dan empat tahun sebesar 23%.
Peningkatan risiko ini terutama terkait dengan stroke hemoragik, yang disebabkan oleh pendarahan di otak. Choi menekankan pentingnya mengurangi konsumsi alkohol pada orang dewasa muda sebagai bagian dari strategi untuk mencegah stroke dan mengurangi dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan.
source: businessinsider.in

